Pages

6.5.19

Memori

Aku pengingat. Aku juga sentimental. 

Hampir setiap momen yang aku lalui di hidupku aku masih ingat. Mungkin karena aku terlalu menghargai setiap momen yang ada. Apapun rasanya: senang, sedih, kecewa, bangga, sakit, marah, dan lainnya. Setiap rasa punya level yang sama untukku. Aku tidak membatasi diri dengan hanya mengingat momen-momen menyenangkan saja, tapi aku mengingat semuanya. 

Aku pun ingat siapa saja orang yang terlibat. Aku ingat gambaran besar perkataan orang-orang itu. Aku ingat waktunya, aku ingat tempatnya. Aku ingat keadaannya. Dan tentunya, pastinya, aku betul-betul ingat bagaimana rasanya.

Setiap orang yang pernah terlibat di dalam hidupku, aku ingat, aku merasakan mereka. Tapi di saat yang sama aku bisa hentikan kesentimentalanku yang kadang terlalu agresif. Aku bisa dingin jika aku tidak ingin diperlakukan sentimental oleh mereka. Hanya saja, kamu pasti tahu, bukan berarti sikapku yang dingin berarti hatiku pun dingin. Aku bersikap dingin karena aku gampang lelah jika menerima emosi orang lain yang berlebihan. Terlebih jika aku tidak terlalu merasa nyaman dengan mereka.

Sayangnya, hampir selalu, aku merasa nyaman dengan orang yang kurang tepat. Baik teman maupun pasangan. Sering kali aku begitu emosional, aku begitu terbuka, aku begitu hangat,  aku begitu bergantung, aku begitu bersemangat mencurahkan semua energiku pada mereka. Aku senang berbicara, aku senang bercerita, aku senang berbincang. Terutama, aku senang memperhatikan. Aku menikmati setiap observasi yang aku lakukan terhadap setiap orang yang terlibat di hidupku. Aku senang mengenal dan mendalami mereka. Tetapi pada akhirnya aku sadar, itu tidak mutual. Kini aku diperlakukan dingin.

Yang lebih menyakitkan, sikap dingin itu karena memang aku tidak diingat. Atau karena memang aku tidak cukup spesial untuk diperhatikan...?


Depok,

6 Mei 2019

No comments:

Post a Comment