Bercerminlah di lensa itu
Di baliknya, semua akan terbias seluruh benci dan amarah yang berkobar
Bercerminlah!
Jangan di hadapan cermin datar
Ia hanya akan memperlihatkan lekuk tubuhmu yang indah menutupi hati yang (mungkin) mulai berkarat
Cermin datar hanya menipu
Semua ia putar arah persekian derajat dan tanpa henti mengikuti setiap detil gerak yang kau buat
Aku suka kameraku, 14 megapixel
Aku pun suka bercermin di hadapnya
Apa yang kulihat, itulah yang terekam
Semua terekam tepat ketika kutekan tutsnya, tanpa dusta
Semua aura kebahagiaan dan kebencian terpancar dari hati lewat sesimpul senyum yang saat itu mereka buat
Aku pun suka kacamataku, 0,5 dioptri
Aku suka bercermin di hadapnya
Aku tak pernah menemukan bayanganku jelas
Hingga kutelusuri setiap sudutnya pun tak pernah kudapat
Usai sudah penjelajahan di hadapan kacamataku
Entahlah
Aku mulai putus asa
Segera kukenakan kacamata bodoh yang tak juga memantulkan bayanganku itu
Aneh, semua tampak jelas
Dari sana selalu terdetilkan setiap gerik tubuh yang menjelaskan aura hatinya
Bahkan auraku sendiri
Aku melihatnya! Jelas!
Dari situ aku mulai mengerti
Aku tak pantas berdiri di depan cermin dan bangga akan apa yang terpantul dari dalamnya
Aku harus mulai bersahabat dengan lensa-lensa di sekitarku
yang dibangun dari sepasang cermin cembung dan cekung
Yang dengan penuh teka-teki membiaskan segala macam kehidupan tersembunyi di setiap hati misterius itu
17 Juli 2011
No comments:
Post a Comment