Pages

6.12.11

Aku dan Matematika; ʃ (Integral) d(integral)


Berawal dari ketidak-sukaanku terhadap matematika, rasanya memang agak sulit untuk membangun semangat yang sama seperti mereka yang dari awal sudah jatuh cinta pada matematika dalam mengerjakan soal-soal rumit . Sisa-sisa kejayaanku semasa SMP  akan matematika masih terbawa kental hingga kelas sepuluh semester dua. Menyedihkan, memang. Hanya sampai kelas sepuluh semester dua. Guruku detail dalam menguraikan semua materi, sampai-sampai satu per empat materi SMP diuraikannya kembali, semata-mata karena mayoritas siswa tidak kuat matematika dasarnya (materi-materi yang diajarkan ketika di bangku SD dan SMP, kebanyakan di SMP). Tapi secara keseluruhan, aku paham betul. Hanya, mungkin, durasinya sedikit lebih panjang. Intinya, tetap dan masih, aku hanya bisa sampai taraf menyukai matematika, tidak lebih.

Entah apa yang membuat nilai akademikku turun, aku lupa. Nyatanya aku memang menyepelekan hampir semua pelajaran di dua semester terakhir sebelum dinyatakan naik ke kelas 12. Sepele, tapi fatal. Bagaimana bisa aku mengerjakan berlembar soal integral dengan kemampuan mengejakan diferensial yang minim? Aku merasa aku ini anak bodoh di antara mereka yang berhasil mendapat bintang-bintang di buku catatan integralnya. Integral….. Fufufufu… “Baru masuk kelas 12 kok langsung integralan, Pak?

Aku sering lupa menulis simbol ditambah C ( ……+ C) setelah proses pengintegralan selesai. Kata guruku, integral itu pangkatnya ditambah satu kemudian dikalikan satu per pangkat yang sudah ditambah satu tadi. Jangan lupa ditambah C! Ibaratnya, kita sedang mencari orang tua. Nah, ketika si C sudah berhasil ditemukan, berarti kita sudah tidak kehilangan orang tua lagi. Entahlah, katanya memang begitu, dan kenyataannya memang begitu. Dan ternyata integral tidak sesulit itu. Semuanya terbukti setelah aku berhasil mengerjakan semua soal integral tak tentu di buku kerja sendiri! Kecuali dua soal tersulit (siapapun yang aku tanya belum ada yang berhasil menemukan jawabannya, termasuk guru integralku).

Dari semua waktu senggang untuk mengulik soal-soal integral itu, sepertinya aku menemukan hobi baru. Aku suka matematika! Ya, aku suka, dan sangat menyukai lika-liku misteriusnya di setiap cara penyelesaian sebuah soal. Semua orang bisa mengerjakan soal matematika serumit apapun jika seseorang sudah memberitahu ide pokok soal itu, karena sebenarnya pengerjaan matematika itu 100% mudah. Tapi, sepertinya hanya sebagian kecil orang yang mau ikut menjelajah di rimba kerumitan soal matematika, dan mungkin aku termasuk dari sebagian kecil itu.  Ibaratnya seperti sedang mencari udara segar di hutan yang sama sekali tidah kita ketahui arahnya. Aku tersesat, dan kemudian kembali ke jalan yang sebelumnya telah dilewati, bahkan aku berbalik dan berlari ke tempat awal aku memulai perjalanan yang akhirnya membawaku pada jalan buntu. Aku bertemu banyak binatang buas, ada pula jebakan berupa lubang besar yang tertutup rapi yang bisa melahapku seketika jika aku tidak berhati-hati. Aku berhasil melihat pemukiman, tapi tepat di depanku ada danau berukuran luas dan aku tak punya perahu untuk menyeberanginya. Maka aku harus memilh jalan memutar untuk menghindari danau besar itu. Seberapapun seringnya aku bertemu jalan buntu, pada akhirnya aku pasti berhasil bersantai di pondok kecil yang tersedia berbagai macam benda yang kubutuhkan di dalamnya. Hingga aku melanjutkan perjalanan lagi.

Seperti itulah ilustrasi seorang pencinta matematika. Selama-lamanya aku akan bertemu dengan banyak variasi bentuk soal, yang kemudian pasti akan kutemukan jawabannya, kemudian kuteruskan ke soal berikutnya. Begitulah seterusnya, tak terhingga (~).

Aku tak peduli dengan mereka yang berhasil meraih skor integral sampai hampir 600 poin. Toh, mereka tak pernah merasakan nikmatnya menjelajah dalam hitungan hari dan malam demi mendapatkan satu jawaban yang paling tepat. Kurasa mereka bisa dengan mudah bertanya jika mereka merasa sudah mentok. Padahal dalam mengerjakan soal apapun, hal seperti itu fatal karena otak tidak diasah untuk membolak-balik satu bentuk ke bentuk lainnya. Lain kali, jika tak mampu mengerjakan satu soal matematika, jangan pernah tanyakan ide soal itu ke siapapun! Tajamkanlah pandangan dan akalmu di hadapan soal itu, dan menjelajahlah sendiri. Aku yakin kau akan mendapatkan pengalaman terindahmu sendiri, kenangan terindah dengan si raja jenius ini, matematika.






Fathia Ramadina, 6 Desember 2011

2 comments:

  1. tetaplah seperti ini (memberikan perhatian khusu kepadanya)..
    Dia (matematika) bagaikan suatu alat yang mampu mengoyak segala ilmu prngrtahuan hingga ke akar-akarnya... bahkan bidang perancangan pun(desain) memakai algoritmanya :D
    maaf mengganggu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaps, senior, pastinya.. Apalagi integral :D
      Waaaah subhannallah sekali yaaaa, math is full of ideas I guess. It contains the whole thing about every most simple thing in this world.
      Trims ya udah baca :D

      Delete