Pages

22.3.13

"Langit kian gelap untuk bocah kecil yang harus pulang"


Harusnya hari ini ada kelas, Kalkulus II, pukul 13:00 WIB. Sekarang pukul 15:59 WIB, sulit memilih antara mengorbankan siklus recharge baterai laptop, melanjutkan unduhan yang sudah 69%, atau udara kostan yang (sudah pasti) lebih hangat. Akhirnya aku memilih untuk tidak mengorbankan siklus recharge baterai Vayoku, mulai mengenakan jaket ringan yang tipis, sembari menunggu bar-bar putih icon WiFi di taskbar kalau-kalau tiba-tiba simbol tanda serunya hilang. Sejak diceritakan  tentang siklus recharge baterai, aku (hampir) tidak pernah lagi memasang baterai ketika menggunakan laptop di kostan atau di rumah. Aku juga tidak pernah mau melepas charger sebelum baterai terisi penuh. Agak berlebihan memang, tapi ya… daripada usia bateraiku berkurang.

Brrr. Dingin ya. Duh, jadi teringat perbincangan di tukang bubur Sabtu pagi kemarin bersama Lydia. “Lyd, jalan ke IP dari sini jauh ga?”
Ngga kok, kagok kalo naik angkot mah.”
Tiba-tiba Oca bersuara, “udah mending ngangkot aja, Fath. Jauh.”
“Jangan Pat, deket ih kagok ngangkot mah.”
Spontan aku berbisik sambil terkikik, “iya lah kalo jalan sendiri kerasa jauhnya.”

Kurang lebih tidak jauh beda dengan kondisi sekarang. Baterai baru terisi 32% sementara Vayoku tidak terhubung dengan sinyal WiFi yang (padahal) sumbernya berjarak hanya 2,5 meter di sebelah kananku, membuat video yang sedang “tanggung” kuunduh tadi gagal unduh. Sial. Seharusnya sebelum memasang charger kucoba dulu apakah Vayoku bisa terhubung dengan lancar, atau malah tidak. Pada kenyataannya tidak. Wacana yang sedang kuketik ini berkesimpulan bahwa aku terlanjur terkurung di tiga kondisi yang tidak enak: siklus baterai, unduhan yang gagal, dan udara yang dingin.

Kisah ini tidak berbobot. Seharusnya sejak dapat pemberitahuan bahwa tak ada kuliah siang ini, aku langsung pulang. Tapi hey, kurasa Kau sudah sadar betapa uniknya kelasku; lebih tepatnya, betapa uniknya teman-teman sekelasku. Hampir semua dosen dan kakak tingkat yang sudah mengenal kami berkomentar sama. “kelas ini ngga kayak kelasnya anak matematika ya. Biasanya anak-anak matematika kan serius.” Semua yang mengatakan itu, dengan percaya diri aku simpulkan, menikmati suasana yang kami bawa. Itulah sebab mengapa aku urung niat untuk pulang tadi siang. Tadi kami bermain tebak lagu dengan gambar. Kreatif.

16:33. Lihat! Ada kemajuan. Simbol tanda serunya sudah hilang. Ah tidak, simbolnya muncul lagi, 16:34. Bagus! 16:35 koneksi berjalan lancar di saat baterai 47% terisi.

16:40. Maaf tadi aku tiba-tiba meninggalkan worksheet ini selama 4 menit. Mengambil kesempatan mumpung masih ada orang lain yang duduk di sini selain aku. Perempuan berkerudung merah mudah cerah, entah siapa. Tadi kutitipkan saja semua barang bawaanku padanya sementara aku berlari ke kamar kecil. 16:43, dia pergi, terima kasih.

Aku menyerah. Kututup jendela YouTube Downloader yang pada hakikatnya sedang mengunduh tiga video: 2 video pertandingan Simon, 1 video pertandingan Taufik Hidayat. Mungkin aku akan masih di sini sampai pukul 17:40 nanti. Tidak ada Zarra, tidak ada Bintang, tidak ada anak-anakku yang pongo. Ruang ini sudah mulai gelap, orang yang berlalu-lalang berkurang secara signifikan jika kaubandingkan dengan suasana pukul 15:59 tadi.

Sekarang tepat pukul 17:00 dan sudah 64% bateraiku terisi. Aku ingin pulang. Sudahlah biarkan aku menunggu sampai baterai terisi setidaknya 70%, syukur-syukur kalau bisa lebih. Untungnya hujan turun lagi, lumayan deras. Setidaknya orang-orang yang berlalu-lalang tidak akan terlalu beranggapan buruk.

Ah, akhirnya ada dua orang datang, duduk di tempat ini.  17:15, 74%. Aku akan menunggu sampai mereka beranjak dari sini.

Langit kian gelap untuk bocah kecil yang harus pulang berjalan kaki
apalagi dengan hujan keras menemani
sandalku aus, Ibu,
jalan menarikku tergelincir, kemudian
(fr, 17:25, JICA)

17:31. Orang-orang yang 16 menit lalu baru saja duduk masih belum beranjak. Waktuku tinggal 9 menit lagi sebelum tepat pukul 17:40. Kali ini sudah waktunya aku untuk menyerah total. Benar-benar harus menyerah meski baterai belum 100% terisi. Baterai yang selama kurang lebih 1,5 jam kuhubungkan dengan sumber listrik ini akan kusimpan untuk dipakai besok sore saat menyampaikan laporan pertanggung jawaban MUMAS. Bukan berarti nanti malam aku tidak akan mengerjakan tugas praktikum statistika dasar, bukan. Nanti malam Vayoku akan bertugas tanpa baterai, langsung terhubung dengan sumber listrik, menge-run program SPSS.

17:39, 91%. Targetku terlampaui. Aku pulang.



Sumber WiFi Lt.1 FPMIPA UPI, 19 Maret 2013
Fathia Ramadina

No comments:

Post a Comment