Hai. Butuh basa-basi dulu dikit ya
udah lama sekali aku ga nulis, apalagi tentang teorema kehidupan haha. Kali ini bermaksud
untuk bahas tentang totalitas dalam kepo-mengkepo. What is what’s always said “kepo” anyway? Kepo itu sebenernya merupakan singkatan kata bahasa Inggris,
jadi harusnya ditulis dengan huruf besar semua: KEPO adalah Knowing Every Particular Object. Karena
akan dibahas lebih lanjut, sekarang, asusmsikan KEPO sudah diadaptasi secara
resmi ke dalam bahasa Indonesia sedemikian sehingga KEPO ga perlu lagi ditulis
dengan huruf kapital dan ga perlu digarismiringin lagi.
Well, selama
ini aku menganggap definisi kepo itu adalah suatu kegiatan menganalisis keadaan
seseorang dengan cara mencari informasi tentang orang yang bersangkutan dari objek
langsung dan tidak langsung. Objek langsung itu ya informasi langsung dari orang
yang lagi dikepo, baik dengan cara wawancara langsung ataupun dengan cara
mengumpulkan data dari akun-akun jejaring sosialnya, barang-barang pribadinya,
dan dari sejarahnya. Objek tidak langsung itu invers dari objek langsung;
mungkin bisa dari objek-objek di lingkungan sekitarnya, dan sebagainya. Dengan definisi
seperti ini, kepo jadi tampak ilmiah bukan? Hahaha.
Menentang persepsi mayoritas orang,
aku ga pernah mikir bahwa kepo itu merupakan suatu bentuk kepedulian karena ada
rasa “cinta” di dalamnya. Wah, cinta yang gimana dulu nih? Bukannya sesama manusia
memang sudah kodratnya untuk saling mencintai? Ya. Bagiku, dengan melakukan
kegiatan kepo ini aku jadi lebih menghargai dan mentolerir karakter dan tingkah
laku orang. Ya toh? As humanbeing
kita ga boleh dong asal menilai (judge)
perilaku orang secara sepihak tanpa menganalisis sebab-sebabnya. Itu merupakan
salah satu bentuk mencintai sesama manusia kan? So, menganalisis kehidupan orang lain itu sedikitnya perlu, Guys. Apalagi orang yang kita kenal, or at least mungkin ga kenal tapi tau
siapa orangnya.
Berdasarkan sejarah dan teorema-teorema yang aku buat dari sejarah tersebut, aku jadi ga suka lagi terlalu ikut campur langsung dalam masalah orang. Makanya sekarang ketika rasa-rasa penasaran akan masalah orang lain mulai muncul, biasanya ngepo dari objek langsung, tapi ga nanya langsung. Well, sekarang jejaring sosial ruang lingkupnya udah terlalu luas loh, yang di-share pun bukan lagi hal-hal umum tapi hal-hal khusus, bahkan hal-hal khusus yang sifatnya pribadi. Bisa toh dengan nyalain laptop doang terus dapet informasi rinci tentang hal yang sedang dipenasaranin? Iya lah.
Eiiitts! Setelah dapet info pun masih belum bisa kelewat seneng dulu. Inget loh inget, jangan asal langsung mengambil kesimpulan secara sepihak mengenai hal yang menjadi hipotesis awal. Hipotesis itu harus diuji. Diujinya dengan apa? Dengan data atau informasi yang didapat. Setelah itu uji keberartian informasi-informasi tersebut. Informasi-informasi yang didapat itu belum tentu bernilai benar dan belum tentu berarti. Harus dianalisis! Terus gimana cara tau informasi yang didapat itu berarti atau ngga? Hmmm semakin sering ngepo orang, intuisi kita untuk tau keberartian suatu info jadi menajam kok haha. Hint-nya ya harus sering latihan kepo aja sih.
Secara tidak langsung, kita bisa jadi psikolog yang baik untuk teman-teman kita, untuk orang-orang yang kita kenal, untuk siapapun yang bahkan ga kita kenal. Dengan kepo kita bisa lebih menghargai, memaklumi, dan memahami sebab-sebab tingkah laku orang. Ga perlu sulit-sulit, Guys. Pola pikir analisis dan uji hipotesis dalam matematika itu bener-bener berguna untuk kehidupan sehari-hari. Selamat mencoba menganalisis ya! :-)
lagi latian kepo yg baik dan benar di blognya fathia :D
ReplyDelete